Kawah Ijen, yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, merupakan salah satu gunung berapi aktif yang terkenal di dunia. Kawah ini menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara, terutama karena fenomena unik yang hanya bisa disaksikan di beberapa tempat di dunia, yaitu “blue flame” atau api biru. Fenomena ini terjadi karena tingginya kadar belerang yang ada di kawasan tersebut, yang ketika terbakar menghasilkan api berwarna biru terang. Api biru ini hanya dapat dilihat pada malam hari, menjadikannya pengalaman yang begitu spesial bagi para pendaki.
Fenomena Blue Flame: Apa yang Menyebabkannya?
Blue flame di Kawah Ijen terjadi karena proses pembakaran gas belerang. Gas ini keluar dari celah-celah vulkanik pada suhu yang sangat tinggi, sekitar 600 derajat Celsius, dan ketika bersentuhan dengan udara, ia terbakar dan menghasilkan nyala api berwarna biru. Fenomena ini jarang terjadi dan hanya bisa dilihat di beberapa tempat lain di dunia, seperti Islandia. Di Kawah Ijen, api biru ini tidak hanya muncul sebagai nyala api kecil, tetapi terkadang membentuk semburan api yang cukup besar dan menciptakan pemandangan yang spektakuler.
Api biru ini sebenarnya adalah hasil dari proses oksidasi gas belerang yang sangat panas. Belerang yang keluar dari perut bumi berubah menjadi gas saat bertemu dengan udara, kemudian terbakar, menghasilkan nyala api biru yang berpendar di malam hari. Warna biru yang muncul disebabkan oleh suhu pembakaran gas yang sangat tinggi, bukan seperti api yang biasanya berwarna oranye atau merah.
Keindahan di Tengah Bahaya
Meski pemandangan ini memukau, kawasan Kawah Ijen juga memiliki bahaya tersendiri. Kadar gas belerang yang tinggi bisa beracun jika terhirup dalam jumlah besar. Pendaki disarankan untuk menggunakan masker gas ketika mendekati lokasi kawah, terutama saat turun ke area tambang belerang, di mana para pekerja lokal menambang belerang secara manual. Pekerjaan menambang belerang di kawah ini dianggap sebagai salah satu pekerjaan paling berbahaya di dunia, mengingat paparan gas beracun yang dihadapi oleh para penambang setiap hari.
Selain gas beracun, kawasan Kawah Ijen juga memiliki danau kawah yang berisi air asam berwarna hijau toska yang mempesona. Danau ini adalah danau asam terbesar di dunia dengan pH mencapai nol, membuat airnya sangat korosif.
Wisata Pendakian ke Kawah Ijen
Pendakian ke Kawah Ijen biasanya dimulai dari Pos Paltuding, yang merupakan pintu gerbang menuju puncak. Jalur pendakian ini dapat ditempuh selama 1,5 hingga 2 jam dengan medan yang cukup menantang. Pendaki biasanya memulai perjalanan pada tengah malam atau dini hari, agar bisa sampai di puncak sekitar pukul 3 atau 4 pagi, saat api biru bisa dilihat dengan jelas sebelum sinar matahari menghalanginya.
Meski pendakian ini cukup menantang, pemandangan yang disajikan sangatlah sepadan. Selain blue flame yang menjadi primadona, saat matahari terbit, para pendaki akan disuguhi pemandangan matahari terbit yang indah, dengan latar belakang pegunungan dan kawah yang megah. Fenomena ini menjadikan Kawah Ijen sebagai destinasi favorit bagi para pecinta alam dan fotografer dari seluruh dunia.
Blue flame di Kawah Ijen bukan hanya fenomena alam yang unik, tetapi juga menjadi simbol kekuatan alam dan bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrem. Keindahan nyala api biru yang langka, dikombinasikan dengan tantangan alam dan aktivitas penambangan tradisional, menjadikan Kawah Ijen sebagai salah satu destinasi wisata paling ikonik di Indonesia. Bagi mereka yang mencari pengalaman mendalam di alam liar, menyaksikan blue flame di Kawah Ijen adalah pengalaman yang tak terlupakan